Dia ( Bu Yani ) adalah seorang ibu dengan satu orang putri (6 tahun) . Untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari, dia menerima jasa jahit pakaian, permak celana atau baju dan apa saja yang bisa dia kerjakan untuk menyambung hidupnya.
Ketika saya bertanya “ibu kursus jahit dimana?” dengan enteng dia menjawab ” Saya mah tidak pernah kursus jahit, saya hanya coba-coba saja memanfaatkan mesin jahit yang ada dan sudah rusak. Mesin jahit yang sudah rusak itu dia coba otak-atik dan akhirnya bisa digunakan lagi. Pertama dia coba gunakan untuk menjahit baju anaknya, kemudian ada tetangga yang minta di pasangkan retlsleting celana. Dia bercerita bahwa semua berjalan begitu saja sejak tahun 2009 sampai sekarang dan akhirnya dia bisa membuat baju dari mulai bikin pola sampai baju jadi.
Dia tidak pernah menentukan tarif untuk jasa menjahitnya. Dia menerima upah seikhlas nya bahkan tak jarang menurut nya ada beberapa tetangga yang enggak bisa bayar, tapi dia mengikhlaskannya karena menurutnya hitung-hitung sedekah karena kalau sedekah berupa harta dia tidak punya, maka dia pun bersedekahnya dengan tenaga. Subhanallah pelajaran yang saya ambil darinya adalah ”kekurangan tidak jadi penghalang untuk beramal”. Dia biasa menerima ongkos untuk permak ( baik celana maupun baju) sebesar Rp. 5000,-.
Pernah katanya pas musim tahun ajaran baru sekitar bulan kemarin ada ibu yang enggak dia kenal malam-malam datang berniat merombak seragam sekolah anak nya, ibu itu minta dikerjakan secepatnya karena besok pagi mau di pake anaknya sekolah. Dia pun menjanjikan kalau besok subuh bisa di ambil, dan dia menepati janjinya. Subuh-subuh ibu itu datang mengambil seragam anaknya,si ibu bertanya berapa ia harus bayar , bu Yani pun menjawab Rp.5.000,-.
Si ibu bertanya lagi ” enggak kurang bu??” Bu Yani menjawab ” enggak bu memang segitu juga cukup”. Pelajaran kedua yang bisa saya ambil dari bu Yani adalah dia tidak mengambil kesempatan dalam kesempitan orang lain, padahal bisa saja bu Yani menghargakan lebih dari Rp. 5.000 mengingat si ibu katanya sudah mencari tukang jahit yang mau menerima tapi engga ada karena waktu itu sudah jam 9 malam.
Berkat ketekunannya dia bisa menyisihkan uang dari upah hasil menjahitnya dan kini dia mampu membeli satu mesin juki yang bisa menunjang untuk mengerjakan orderannya supaya lebih cepat pengerjaannya, karena mesin juki pengoperasiannya menggunakan listrik.
Di bulan puasa seperti sekarang ini order jahitan bu Yani pun sudah menumpuk, padahal puasa baru berjalan sepekan, dan dia tetap tidak menaikkan ongkos jahitnya, padahal sebgaian orang biasanya memupuk keuntungan yang berlipat bila permintaan meningkat terutama di bulan puasa seperti sekarang.
Bulan puasa telah memberikan banyak berkah untuk bu Yani, selain karena orderannya banyak, bu Yani juga melihat saat ini untuk lebih banyak bersedekah dengan cara membantu tetangga yang ingin punya baju baru untuk lebaran tetapi tidak punya uang untuk membeli maka ia pun akan membantu menjahitkannya. Ya Allah semoga Engkau selalu memberinya kesehatan, sehingga dia bisa tetap menjahit untuk membiayai sekolah anaknya. AMIN.
0 komentar:
Posting Komentar